1. Ragam Seni Rupa Murni Nusantara dan Mancanegara
a. Seni Lukis
Seni lukis merupakan salah satu cabang
dari seni rupa murni yang berdimensi dua. Dari pembubuhan cat, para pelukis
mencoba mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif. nilai-nilai yang
melekat pada lukisan dipengaruhi oleh budaya yang dimiliki pelukisnya. Seni
lukis Indonesia yang berkembang, pada gilirannya nanti ikut mempertegas jati
diri seni budaya Nusantara. Sedangkan seni lukis mancanegara menjadi pembanding
seni budaya Nusantara.
b. Seni Patung
Seni patung merupakan cabang dari seni
rupa murni yang berdimensi tiga. Membuat patung berarti membuat benda tiga
dimensi dengan bahan, alat, dan teknik tertentu sehingga menghasilkan karya
yang indah dan bermakna.
c. Seni
Grafis
Seni Grafis merupakan
cabang dari karya seni rupa murni yang berdimensi dua. Berdasarkan dimensinya,
seni grafis sama dengan seni lukis, namun dari segi teknik pembuatannya
memiliki perbedaan. Seni lukis dengan teknik aquarel, plakat, atau tempra,
sedangkan seni grafis dibuat dengan teknik mencetak. Seni grafis dapat dibuat
dengan teknik cetak tinggi, cetak dalam, setak saring, dan cetak cahaya
(photography).
2. Gaya Seni Rupa Murni
Nusantara dan Mancanegara
Gaya
atau corak atau aliran dalam seni rupa beraneka ragam. Secara garis besar, gaya karya seni rupa dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu : tradisional, modern, dan postmodern.
a. Tradisional
Seperti
halnya karya seni rupa Nusantara, perupa seni rupa mancanegara juga memiliki
gaya tradidional. Gaya
ini juga terbagi menjadi dua, yaitu primitif dan klasik.
b. Modern
Gaya
seni rupa modern adalah corak karya seni rupa yang sudah mengalami kemajuan,
perubahan, dan pembaharuan. Secara umum, modernisasi gaya
seni rupa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: gaya representatif, depormatif,
dan nonrepresentatif.
1. Representatif
Kata
representatif berasal dari representasi yang mengandung
pengertian sesungguhnya, nyata, atau sesuai dengan keadaan.
Perwujudan gaya
seni rupa ini menggambarkan keadaan yang nyata pada kehidupan masyarakat atau
keadaan alam. Gaya
seni rupa yang tergolong representatif, antara lain : romantis, naturalis, dan
realis.
a) Romantisme
Istilah
romantisme berasal dari roman yang berarti cerita dan isme
yang berarti aliran/gaya. Romantisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
menggambarkannya mengandung cerita kehidupan manusia atau binatang. Perupa
mancanegara yang mempelopori gaya
ini, antara lain : Fransisco Goya (Spanyol), Turner (Inggris), dan Rubens
(Belanda). Perupa Nusantara yang mengambil gaya itu adalah Raden Saleh.
b) Naturalisme
Istilah
naturalisme berasal dari kata nature atau natural yang
berarti alam dan isme yang berarti aliar/gaya.
Naturalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang menggambarkannya sesuai dengan
keadaan alam atau alami. Pelukis gaya
ini pada umumnya mengambil pemandangan alam sebagai objeknya. Perupa mancanegara
yang mengambil gaya
ini antara lain Rubens, Claude, Gainsborough, Constable, dan Turner. Perupa
Nusantara yang mengambil gaya
ini antara lain Abdullah Suryosubroto, Wakidi, Mas Pringadi, dan Basuki
Abdullah.
c) Realisme
Istilah
realisme berasal dari kata real yang berarti nyata dan isme
yang berarti gaya/aliran. Realisme adalah gaya/alaran seni rupa yang
menggambarkannya sesuai dengan kenyataan hidup. Perupa nusantara yang mengambil
gaya ini antara
lain Trubus, Tarmizi, Wardoyo, dan Dullah. Seedangkan perupa mancanegara yang
mengambil gaya ini adalah Remandt van Rijn (Belanda).
2. Deformatif
Istilah deformatif berasal dari deformasi
yang berarti perubahan bentuk. Bentuk alam diubah sedemikian rupa
sehingga menghasilkan bentuk baru, namun masi menyerupai bentuk aslinya. Gaya seni rupa yang
tergolong deformatif, antara lain : Surrealisme, impresionisme, ekspresionisme,
dan kubisme.
a) Surealisme
Istilah
surrealisme berasal dari kata sur yang berarti melebih-lebihkan,
kata real yang berarti nyata, dan isme berarti gaya/aliaran.
Surrealisme adalah gaya/aliran seni rupa yang menggambarkannya melebih-lebihkan
kenyataan, bahkan ada yang menyebutnya otomatisme psikis yang murni atau mimpi.
Perupa
mancanegara yang mempelopori gaya ini adalah Salvador Dali.
b) Impressionisme
Impressionisme berasal dari kata impression
yang berarti kesan sesaat dan isme yang berarti
gaya/aliran. Impressionalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
penggambarannya sesuai dengan kesan saat objek tersebut dilukis. Gaya ini dipelopori
oleh perupa mancanegara seperti Claude Monet, Paul Cezanne, Georges Seurat, dan
Paul Gauguin. Perupa nusantara yang mengambil gaya ini, antara lain S.
Sudjojno.
c) Ekspressionisme
Ekspressionisme berasal dari kata expression
yang berarti ungkapan jiwa yang spontan dan isme yang berarti
gaya/aliran. Ekspressionisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
penggambarannya sesuai dengan keadaan jiwa perupa yang spontan pada saat
melihat objek. Gaya seni rupa ini diplopori oleh pelukis Belanda bernama
Vincent van Gogh. Perupa Nusantara yang mengambil gaya ini adalah Affandi.
d) Kubisme
Kubisme berasal dari kata kubus
yang berarti bidang atau bentuk persegi empat dan isme
yang berarti gaya/alrian. Kubisme adalah aliran/gaya seni rupa yang
penggambarannya berupa bidang persegi empat atau bentuk dasarnya kubus. Gaya
seni rupa ini dipelopori oleh pelukis Spanyol yang bernama Pablo Picasso.
Perupa Nusantara yang mengikuti gaya ini adalah But Muchtar, Mochtar Apin,
Srihadi, dan Fajar Sidik.
3. Nonrepresentatif
(Abstraksionalisme)
Kata Nonrepresentatif atau
abstrak mengandung pengertian suatu bentuk yang sukar dikenali. Suatu
gaya yang lebih sederhana bahkan bentuknya sama sekali meninggalkan bentuk
alam. Karya seni rupa abstrak berupa susunan garis, bentuk, dan warna yang
terbebas dari bentuk alam. Gaya seni rupa yang berbentuk abstrak ini ada yang
abstrak ekspresionis dan abstrak murni. Gaya ini dipelopori oleh perupa
mancanegara, antara lain : Paul Klee, Piet Mondrian, Wassily Kandinsky, dan
Jackson Pollock. Perupa Nusantara yang mengikuti gaya ini adalah Amry Yahya,
Fajar Sidik, But Muchtar, dan Srihadi.
c. Postmodern
Postmodern atau disingkat “Posmo” adalah gaya
seni rupa pasca atau sesudah modern. Sejalan dengan perkembangan budaya
masyarakat dunia, seni rupa pun ikut mengalami perkembangan gaya. Jika seni
rupa tradisional memiliki ciri perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan
sedikit ornamental. Gaya “posmo” lebih bebas dan cenderung tidak memiliki
aturan tertentu. Eksplorasi unsur rupa banyak dilakukan untuk gaya ini. Kritik
sosial dan kemasyarakatan merupakan tema yang cukup dominan untuk karya-karya
posmo.
Sikap Apresiatif terhadap Keunikan Gagasan dan Teknik Seni Rupa Murni
1. Sejarah Seni Rupa Murni di Indonesia
Seni rupa modern Indonesia
perkembangannya lebih banyak didominasi seni lukis. Seni lukis modern pada
priode pertama tokohnya Raden Saleh Syarif Bustaman (lahir didaerah semarang).
Dalam seni lukisnya ia mendapat bimbingan teknik melukis ala modern (barat)
oleh pelukis keturunan Belgia yang bernama A.A.J. Payen. Kemudian Raden Saleh melanglang
ke Eropa, antara lain : Belanda, Jerman, Austria, dan Prancis.
Seni rupa modern Indonesia pada priode
kedua didukung oleh pelukis Indonesia, antara lain:
- Abdullah Suria Subroto.
- Anak dr. Wahidin Sudirohusodo bersama ketiga anaknya, yakni: Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, Trijoto Abdullah.
Pelukis mancanegara,
antara lain:
- Jan Frank
- Rudolf Bonnet
- Ernest Dezentje
- Hofker
Seni
rupa modern Indonesia periode ketiga adalah periode pembaharuan dasar. Dan
periode ini tema lukis indah mengarah pada cinta nasionalisme dan dibentuklah
PERSAGI ( Persatuan Ahli Gambar Indonesia ), tahun 1988 dan tokohnya adalah
Agus Jaya Suminto (Ketua, S. Sojoyono, Andul Salam, Emelia Sumassa, Sukarno).
Seni
rupa moder Indonesia periode keempat yakni periode seni lukis pada zaman
pendudukan Jepang dan dibentuklah sebuah lembaga pendidikan kesenian yang
dinamakan “Keimin Bunka Shidodo”. Dan anggota dari Indonesia
adalah:
- Agus Jaya Suminto
- Otto Jaya
- Trubus S.
- Subanto
- Saseo Ono (seorang karikartunis)
- Kahno (ahli desain dan poster modern)
- Yoshiko (pelukis impresionisme)
- Yama-moto (pelukis ekspresionisme)
Seni
rupa modern Indonesia periode kelima yakni periode tahun revolusi fisik dan
dibentuklah nama Hendra, Sudarso. selain SIM Affandi dan Hendra membentuk PR
(Pelukis Rakyat).
gaya pelukis pada
periode kelima adalah:
- Realisme
- Impresionisme
- Ekspresionisme
- Dekoratif
Dan
dalam periode kelima pada tahun 1950 dibentuk ASRI (Akademi Seni Rupa
Indonesia) di Yogyakarta didirikan oleh R.J. Katamsi, pada tahun 1968 lembaga
ini mendapat status Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI).
2. Sejarah
Timbulnya Aliran-Aliran Seni Rupa Murni
a. Aliran Romantisme
Romantisme
artinya bahwa dalam suatu lukisan harus menggambarkan suatu peristiwa yang
didalamnya terkandung suasana kehidupan yang penuh dengan pertentangan. misal : Peristiwa Sejarah dan Bacaan yang bersifat roman
Tokoh aliran ini adalah:
- Theodore Gerincault (Prancis)
- Fransisco Goya (Spanyol)
- M. Turner (Inggris)
b. Aliran Realisme
Aliran ini adalah yang melukiskan suatu
yang bersifat nyata, keadaan yang seperti apa adanya. Tokohnya adalah : Gustave
Courbet.
c. Aliran Naturalisme
Aliran naturalisme adalah sesuatu yang
dilukis baik warna dan bentuk harus menyerupai alam secara sungguh-sungguh.
d. Aliran Impresionisme
Impresionisme adalah suatu cara
melukis, di mana bentuk-bentuk objek yang dilukis tidak diutamakan tetapi lebih
menekankan pada lisan (impres) warna yang dimiliki objek yang dilukis. Tokoh
alirannya adalah: Claude Monet (Prancis).
e. Aliran Ekspresionisme
Ekspresionisme adalah aliran yang di
mana penciptaan suatu karya seni rupa tidak didasarkan oleh lisan suatu objek
melainkan semata-mata sebagai hasil pengolahan/ungkapan isi hati dari seniman
sendiri.
Contoh : untuk membuat warna kulit manusia tidak harus sesuai dengan warna
aslinya. Tokoh aliran ini adalah: Vincent van
Gogh (Belanda).
f. Aliran Kubisme
Di mana-mana bentuk-bentuk alam
disederhanakan menjadi bentuk-bentuk dasar. Seperti: bentuk kubus, segitiga,
lingkaran, elips. Bentuk dan
warna yang diciptakan semata-mata merupakan ekspresi pribadi si pelukis. Tokoh
aliran ini adalah: Pablo Picasso (Spanyol)
g. Aliran Abstrak
Abstrak adalah melukis dengan tidak
menggambarkan objek alam secara nyata / real wujud karyanya tidak menyerupai
alam, tetapi menampilkan bentuk-bentuk/fenomena yang artistik dan unik. Tokoh aliran ini adalah :
- Jackson Pollock
- Piet Mondrian
- Kandinsky
Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
1. Pengertian Karya Seni Rupa Terapan
Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang dirancang untuk tujuan
fungsional, yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan)
manusia. Seni rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya selain
sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga sebagai benda yang indah
(estetis) dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Contoh benda seni
terapan antara lain benda-benda gerabah dari tanah liat, benda-benda anyaman,
kerajinan keramik, peralatan rumah tangga, kerajinan furniture.
Karya seni rupa terapan daerah setempat diciptakan untuk tujuan
melestarikan nilai-nilai tradisi dan adat dalam proses serta teknik berkarya
seni rupa daerah setempat. Bentuk, model, teknik, dan media memiliki
keunikan/karakteristik tersendiri, sebagai kekayaan seni budaya.
Karya seni rupa terapan daerah setempat yaitu karya seni rupa yang memiliki
fungsi pakai/guna, dibuat dengan teknik (cara) dan media yang ada di daerah
setempat, sebagai aset atau kekayaan budaya nasional.
2. Hasil Karya Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Benda-benda seni rupa terapan yang dihasilkan di bagian daerah di wilayah
Indonesia diantaranya yang terkenal adalah:
a. Kerajinan Batik
Seni batik adalah sebagai budaya nasional yang sudah banyak dikenal di
mancanegara. Sebagian besar daerah di Indonesia memiliki karya seni batik yang
berbeda jenis dan coraknya. Batik termasuk karya seni terapan dua dimensi
yang umumnya digunakan sebagai nama motif atau corak batik. Antara lain :
- Batik Solo
- Batik Yogyakarta
- Batik Bayumasan (Purwokerto)
- Batik Laseman (Lasem-Rembang)
- Batik Bakaran (Pati)
- Batik Cirebon
- Batik Pekalongan (corak Pekalongan)
- Batik Madura
- Batik Palembang
- Batik Garut (Jawa barat)
- Batik Bali
- Batik Tuban (Jawa Timur)
b.
Kerajinan keramik dari Kasongan Yogyakarta, Purwakarta, Sompok, Mayong
(Jepara), Bojonegoro (Jawa Timur), Bandung,
dan Kedu.
c.
Kerajinan kain tenun dari daerah Troso (Jepara), Bali, Garut, Yogyakarta, Tuban,
Lombok, dan Timor.
d.
Kerajinan kuningan dari Juwana Pati (Jawa Tengah).
e.
Kerajinan ukir perak bakar dari Kota Gede Yogyakarta.
f.
Kerajinan anyaman dari bahan alami untuk benda tas, keranjang, tikar, dan topi.
Daerah asal Tangerang, Kudus, Kedu, Tasikmalaya dan Bali.
g.
Kerajinan tangan untuk cinderamata (souvenir) dari daerah Surakarta,
Jepara, Yogyakarta, Jakarta, Bali, Bandung, Palembang, Makassar, dan Samarinda.
h.
Kerajinan wayang kulit (Wayang / boneka yang terbuat dari kulit berbentuk dua
dimensi) digunakan untuk seni perdalangan atau sebagai hiasan. Dihasilkan dari daerah
Yogyakarta, Surakarta, Kedu, Bali, dan Jawa Timur.
i. Wayang Golek (boneka
berbentuk tiga dimensi) dihasilkan dari daerah, Bandung, dan Yogyakarta (Jawa
tengah)
j. Kerajinan ukir kayu, yang
menghasilkan benda-benda ukir berupa perabotan rumah tangga ukir (meja, kursi,
tempat tidur, almari, dan hiasan dinding) dan gambar relief. Daerah penghasik
ukiran kayu antara lain Jepara, Bali, Kalimantan, Madura, dan Papua (suku
Asmat), Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, dan Palembang.
k. Kerajinan topeng kayu dari daerah
Yogyakarta, Surakarta, Betawi, Cirebon, Bali, dan Bandung.
l. Kerajinan merangkai
janur. Jawa Tengah, Bali dan Yogyakarta.
m. Kerajinan bordir berasal dari daerah Kudus dan
Tasikmalaya.
Karya Seni Rupa Terapan
3. Media dan Teknik Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
- Media (bahan/alat) yang digunakan umumnya bahan alami dn yang mudah didapat dari daerah setempat. Contoh media seni terapan tradisional (daerah setempat) umumnya menggunakan yang harganya murah, mudah terjangkau masyarakat umum/luas, bambu, kayu, tanah liat, jenis rumput-rumputan (untuk anyaman), eceng gondok, tempurung (batok) kelapa, kulit kerang, kulit hewan, batu marmer, batu andesit, dan daun-daunan.
- Teknik (cara) yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan daerah setempat atau tradisional pada umumnya sangat sederhana yaitu dengan menggunakan tangan atau dengan alat bukan mekanis (mesin). Misalnya dalam pembuatan anyaman bambu daun, ukirankayu, kain tenun, kain songket keramik tradisi, wayang kulit dan golek, bordir, sulaman, kain batik. Dikerjakan secara perorangan atau kelompok. Dengan cara (teknik) ukir, pahat, anyam, aplikasi, jahit, butsir, membentuk.
ga keliatan tulisannya
ReplyDeletecopy aja bang...
ReplyDeletejadi keliatan kalo di blog huruf2 nya