KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian sosial ini yang berjudul “PENGARUH SISWA YANG
TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJARNYA” dengan baik sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Penelitian sosial ini juga merupakan salah
satu kelengkapan tugas siswa-siswi kelas XII IPS SMA Negeri 13 Pekanbaru
sebagai syarat kelulusan pada tahun ajaran 2012/2013.
Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang memberikan dukungan
dan bantuan secara moral maupun material dalam proses penyelesaian penelitian
sosial ini.
Ucapan terima
kasih tersebut ditujukan kepada:
- Ibu Gusneti Fitri Handayani, selaku pembimbing penelitian sosial yang turut membantu dan membimbing kami dalam pembuatan penelitian ini.
- Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya.
- Siswa-siswi SMA Negeri 13 Pekanbaru yang telah berpartisipasi sebagai responden.
- Teman-teman kelas XII.IPS yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
Semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk
saran dan kritik yang membangun.
Terima
kasih,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
......................................................................................................
DAFTAR ISI
....................................................................................................................
DAFTAR
TABEL
............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah .....................................................................
1.2 Perumusan Masalah
............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian
................................................................................
1.4 Manfaat penelitian
..............................................................................
1.4.1 Manfaat Bagi
Siswa
...................................................................
1.4.2 Manfaat Bagi
Guru ....................................................................
1.4.3 Manfaat Bagi
Peneliti
.................................................................
1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah
.................................................................
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan
Pustaka
................................................................................
2.2 Kerangka
Teoritis
...............................................................................
BAB III METODOLOGI
3.1 Pendekatan
Penelitian ........................................................................
3.2 Jenis
Penelitian
..................................................................................
3.3 Tempat dan
Waktu Pelaksana
...........................................................
3.4 Populasi dan
Sampel
.........................................................................
3.4.1 Populasi
..............................................................................
3.4.2 Sampel
.................................................................................
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
.................................................................
3.6 Teknik
Analisa Data
...........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Faktor penyebab
keterlambatan siswa
................................................
4.2 Sanksi yang diterima
oleh siswa yang terlambat
.................................
4.3 Solusi dalam
mengatasi siswa yang terlambat
....................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
........................................................................................
5.2 Saran
..................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
......................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Wawancara
Informan...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang
menyertainya ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi
ini tidaklah berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta
banyak pula persoalan fundamental melingkupinya yang nota bene membutuhkan
upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan pendidikan tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam
pembangunan bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus yang
diharapkan dapat membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi
negara. Di tangan siswa inilah bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan.
Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan berkualitas secara intelektual, mental
dan spiritual akan mampu berkompeten dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa
dan bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting diperhatikan,
adanya peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada
masa dewasanya nanti. Kedisiplinan pada siswa harus dilakukan, salah satunya
adalah kedisiplinan harus masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan
dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan
lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap
siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib
yang berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa
SMA Negeri 13 Pekanbaru, maka pihak sekolah pertama kali perlu menertibkan
siswa yang terlambat sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting
dan merupakan ciri kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu
diketahui bahwa di SMA Negeri 13 Pekanbaru sudah mempunyai tata tertib yang
akan mendisiplinkan siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa
yang terlambat haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak
akan terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering
terlambat. Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.15
WIB, tetapi kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut.
Banyaknya siswa yang terlambat mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan
belajar mengajar pada saat jam pertama pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai
macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah
siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan
dan sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa
ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai. Namun,
apapun alasan para siswa yang datang terlambat menunjukkan tingkat kedisiplinan
yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja sehingga pada akhirnya
akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang
disertai dengan sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya
akan berguna bagi ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Adapun
kebijakan yang diambil adalah dengan mengadakan suatu tindakan disiplin untuk
memperbaiki sistem atau aturan pada saat jam pelajaran dimulai. Kebijakan ini
dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua pihak yang terkait yaitu
siswa, guru piket, guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru BP/BK dan kesiswaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa
bahwa keterlambatan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian guru dalam
kegiatan belajar meliputi penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “DAMPAK SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH
TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SMA N 13 PEKANBARU”
1.2 Perumusan Masalah
1.
Apakah faktor-faktor penyebab keterlambatan siswa?
2.
Apakah sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat?
3.
Bagaimana solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa
2.
Untuk mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
3.
Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Siswa
1. Siswa
dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah,
terutama pada saat masuk jam pelajaran pertama.
2. Siswa
dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
1.4.2
Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat pelajaran pertama
tanpa terganggu adanya permasalahan siswa yang sering datang terlambat.
1.4.3
Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian
terutama yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat ke sekolah.
1.4.4
Bagi Sekolah
Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian dari “siswa” adalah seorang anak yang menuntut ilmu menurut
STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison –
Wesley Press. Sedangkan “sekolah” adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu
menurut WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions,
Cambridge University Press. Dan pengertian dari “terlambat” adalah datang tidak
pada waktunya, menurut WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential
Geometry, Oxford University Press.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa
agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan
norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib
yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia
(1993) disiplin sekolah “Refers to
students coplying with a code of behavior often known as the school rules”.
Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan
tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku
sosial dan etika belajar.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan
hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski
kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya,
sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (Physical
maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis ( Phsychological
maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam
bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999)
mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
1) Memberi
dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2) Mendorong
siswa melakukan yang baik dan benar.
3) Membantu
siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi
hal-hal yang dilarang oleh sekolah
4) Siswa
belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
bagi lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992)
mengemukakan: “School discipline has two
main goals: (1) Ensure the safety of staff and students, and (2) Create an
environment conducive to learning”.
Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa : “The goals of discipline, once the need for it is determined, should be
to help students accept personal responsibility for their actions, understand
why a behavior change is necessary, and commit themselves to change”. Hal
senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah
untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di
kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan
baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan
tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi
belajar siswa. Keith Devis mengatakan, “Discipline
is management action to enforce organization standarts”. Dan oleh karena
itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin
preventif adalah upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang
berlaku. Sedangkan disiplin korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap
mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran
dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.
Karena pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus
meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123-124) yaitu:
1. Perbuatan
atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
2. Akibat
atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3. Cara
atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata
tertib sekolah tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang guru
hendaknya mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam kaitan ini
guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membantu
siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap siswa berasal dari
berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda
pula. Dalam hal ini guru harus dapat melayani berbagai perbedaan tersebut agar
setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara
optimal.
2. Membantu
siswa meningkatkan standar perilakunya.
3. Menggunakan
pelaksanaan aturan sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib sekolah
harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak
disiplin, diantaranya siswa datang terlambat ke sekolah.
2.2 Kerangka Teoritis
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang
dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai
tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan
(norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik
oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang
masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma)
yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa yang terlambat datang ke
sekolah, seorang siswa yang menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri,
dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut
deviasi (deviation), sedangkan
pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku
menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan
konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:
§ James Vander Zenden
Penyimpangan
sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan di luar batas toleransi.
§ Robert M.Z. Lawang
Penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
§ Bruce J. Cohen
Perilaku
menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
§ Paul B. Horton
Penyimpangan
adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
§ Lewis Coser
Mengemukakan
bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada 2
proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:
1. Penyimpangan
sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2. Penyimpangan
dari sosialisasi yang tidak sempurna.
Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”, sebab-sebab
penyimpangan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2) Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:
1. Penyimpangan
primer dan sekunder
·
Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan
sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang
yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok
sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.
·
Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan
sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus
meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para pelakunya secara umum
dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang
terus-menerus datang terlambat ke sekolah atau seorang siswa SMA yang terus
menerus menyontek pekerjaan temannya di kelas. Seseorang yang telah
dikategorikan berperilaku menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di
tengah-tengah masyarakat (dibenci).
2. Perilaku
menyimpang menurut pelakunya
·
Penyimpangan individual
Penyimpangan
individual biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya
mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya.
Penyimpangan
perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar panyimpangannya adalah
sebagai berikut:
-
Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua
agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
-
Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan pada
orang-orang.
-
Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang
berlaku.
-
Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma
umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
-
Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong,
berkhianat kepercayaan dan berlagak membela.
·
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan
kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok, namun
bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai
berikut:
1) Penyimpangan
harus dapat didefinisikan.
2) Penyimpangan
bisa diterima bisa juga ditolak.
3) Penyimpangan
relatif dan penyimpangan mutlak.
4) Penyimpangan
terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
5) Terdapat
norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
6) Penyimpangan
bersifat adaptif (menyesuaikan).
Penyimpangan
mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Penyimpangan
yang bersifat positif.
Penyimpangan
yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan
aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif
terhadap sistem sosial.
2. Penyimpangan
yang bersifat negatif.
Dalam
penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial
yang dipandang rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem sosial
itu.
Teori-teori
penyimpangan sosial:
a) Teori
Differential Association (kelompok yang berbeda)
Edward H.
Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan yang
berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari
interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok
dan budaya.
b) Teori
Labelling
Dikemukakan oleh
Edwin M. Lemert, menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena proses
labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan pada seseorang oleh
masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangan primer, tetapi adanya julukan membuat
pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.
Teori psikologi
dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa
dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif.
Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang
bersifat sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai dan norma dan berfungsi sebagai suara
hati.
c) Teori
K. Merton
Perilaku
menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan antara tujuan
budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya tersebut.
Menurut K. Merton terdapat lima
cara pencapaian tujuan budaya dari cara yang wajar sampai dengan yang
menyimpang, yaitu:
1) Konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Retrealisme
(pengunduran diri)
5) Rebellion
(pemberontakan)
d) Teori
Fungsi
Dikemukakan oleh
Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral dari semua
anggota masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang berwatak
jahat pun akan selalu ada. Bahkan Durkheim berpandangan bahwa kejahatan itu
perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
Dalam perspektif sosiologi, kajian perilaku menyimpang dipelajari karena
berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai
kultural yang telah ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu
masyarakat untuk dapat menggali akar-akar penyebab terjadinya tindakan
penyimpangan dan upaya untuk menghentikan atau paling tidak menahan
bertambahnya penyimpangan perilaku tersebut.
BAB III
METODOLOGI
3.1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan
studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor (Moleong,
2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan
pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal
teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan
mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika
masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami
interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data,
dan meneliti sejarah perkembangan.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat
diartikan sebagai prosedur penulisan yag menghasilkan data data deskriptif
kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Sedangkan
penulisan penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran suatu
keadaan tertentu secara rinci disertai dengan bukti.
3.3.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 13 Pekanbaru,
sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 Desember – 5 Desember 2012.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi
populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat.
Variabel penelitian adalah objek penelitian. Sementara itu Sukardi (2010:53)
menyatakan populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa,
atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo
dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang
memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.
Jadi dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia, binatang,
benda atau keadaan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai
subjek penelitian dan menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian
dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh
yang diambil dari sebagain populasi penelitian yang dapat mewakili populasi.
Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil penelitian atau kesimpulan
penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan
terhadap populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat
kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas X
dan siswa kelas XI SMA Negeri 13 Pekanbaru yang sering datang terlambat ke
sekolah.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan metode wawancara.
Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut pula interview) adalah cara
pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan
subjek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancara
menggunakan percakapan hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan
pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai
sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel
(2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based interview can be seen as a
situation where the interview-interviewee interaction on a task is regulated by
a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain,
Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data
gathering strategy for the original project because it was felt that
potentially ‘data rich’ environment this afforded would provide the best
context for assesistry and probing for presence of three models of thinking
(mathematical knowledge, contextual knowledge and strategic knowledge) both
before and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang
dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat dijelaskan bahwa wawancara
adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang
diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah
diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh
data primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
3.6 Teknik Analisa Data
Proses analisis data dimulai dengan menelah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan,
yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca,
dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan
jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,
proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Langkah selanjutnya adalah
menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah
berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir
dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.. setelah
selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil
sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
Menurut Patton,
1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan
analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha
untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi
tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
didasarkan oleh data.
Dari uraian
tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud
pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan
terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen,
berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data
dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan
menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori
substantif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang
dilaksanakan di SMA Negeri 13 Pekanbaru.
Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai “dampak siswa yang terlambat
sekolah terhadap prestasi belajar di SMA Negeri 13 Pekanbaru. Untuk mendapatkan
data-data yang diperlukan peneliti, peneliti melakukan wawancara sebagai metode
penelitian utama secara mendalam kepada siswa-siswi di SMA Negeri 13 Pekanbaru.
Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara tentang seputar faktor-faktor penyebab keterlambatan
siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat serta solusi dalam
mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan menganalisa dan membahas
data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
kualitatif. Dengan metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan data yang
diperoleh dari hasil daftar pertanyaan penelitian.
Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN
|
|||
No
|
Hari/Tanggal
|
Nama Siswa
|
Kelas
|
1
|
Senin / 3 Desember 2012
|
Marshitoh
|
XI. IPS
|
2
|
Senin / 3 Desember 2012
|
Nia
|
XI. IPS 2
|
3
|
Senin / 3 Desember 2012
|
Syahroni
|
XI. IPS
|
4
|
Senin / 3 Desember 2012
|
M.Ridwan
|
XI. IPS 1
|
5
|
Rabu / 4 Desember 2012
|
Jimmy
|
X.1
|
(Sumber: Arsip peneliti,2012)
|
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara,
maka pembahasan dari hasil penelitian sebagai berikut:
4.1. Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, sebagian besar siswa
SMA Negeri 13 Pekanbaru masih belum bisa beradaptasi dengan jam masuk sekolah
yang dimajukan 15 menit lebih awal menjadi pukul 7.15, dari yang awalnya
siswa-siswi masuk sekolah pukul 7.30 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa yang terlambat seperti
jarak dari rumah ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan, faktor angkutan umum,
ban motor bocor, dan berbagai macam lagi
alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh
syahroni bahwa “saya datang terlambat ke sekolah karena ban motor bocor serta
belum ada bengkel yang buka pada pagi hari, makanya saya terlambat.”
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang terlambat seperti sebelum
berangkat ke sekolah para siswa bermain hp dulu serta menonton acara tv
kesukaan mereka, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Marshitoh bahwa “Saya
sebelum berangkat ke sekolah biasanya main hp, dengerin lagu atau menonton tv”.
Sedangkan menurut Nia mengatakan bahwa “saya datang terlambat karena rumah saya
jauh dari sekolah serta kadang-kadang menunggu teman untuk pergi bareng”.
4.2. Sanksi yang Diterima Siswa Terlambat
Dari hasil wawancara yang dilakukan, sanksi yang diterima siswa SMA
Negeri 13 Pekanbaru yang terlambat ada bermacam-macam, mulai dari dikurung di
luar pagar, mengisi buku hukum, berdiri
di lapangan voli, mencabut rumput, mengutip sampah yang ada di pekarangan
sekolah serta ada juga yang sampai di suruh pulang untuk dipanggil orang tuanya
datang ke sekolah.
4.3. Solusi mengatasi Siswa yang Terlambat
Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah hampir menjadi
pemandangan yang umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja dapat mengganggu
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas. Konsentrasi siswa dan
guru di dalam kelas bisa saja menjadi buyar.
Untuk itu, dari penelitian yang
telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk mengatasi siswa yang terlambat
ke sekolah adalah:
1. adanya
pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang
melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2. Adanya
peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang
terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau
gurunya sendiri juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3. Peran
orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar
tidak terlambat.
4. Yang
paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan waktu. Karena tidak ada gunanya
pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila tidak adanya
kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat
pada waktunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
kedisiplinan siswa SMA Negeri 13 Pekanbaru masih rendah. Hal ini dikarenakan
masih ada saja siswa yang terlambat setiap harinya. Keterlambatan pada siswa
tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan diungkapkan para
siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh dari
sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan
seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat
jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk mengatasi siswa
terlambat, mulai dari sanksi yang ringan seperti mencabut rumput, mengambil
sampah yang bertebaran di pekarangan sekolah dan sebagainya sampai kepada
pemberian sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan pemanggilan orang tua siswa
yang terlambat. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya mampu untuk mengatasi
siswa terlambat meskipun frekuensi siswa terlambat semakin sedikit setiap hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi
belajarnya karena dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang pada akhirnya
dapat mengganggu fikiran tentang materi yang sedang dibahas atau diterangkan
oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada mata pelajaran jam pertama.
B. Saran
Dalam rangka
meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada beberapa
upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga
siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik,
menerima, hangat danterbuka;
2. Guru terampil berkomunikasi yang efektif
sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat
perilaku yang salah,sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan
memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
DAFTAR PUSTAKA
· Zuhro.
Sosiologi SMA Kelas XII. 2007. Jakarta
: penerbit Yudistira.
· Agus Sulistyo
dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Penerbit Ita.
· Nazir, Moh.
1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
· Prasetyo,
Bambang. 2001. Penyusunan Laporan Penelitian.
· Bungin, B.
2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
· Bungin, B.
2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
· Creswell, J. W.
1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
· Nasir,
Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta:
Ghalia Indonesia,
1988
· Sukardi. 2010. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
· STRUK, D.J.
(1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press
· WEATHERBRU,
C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University
Press
· WILIMORE, T.J.
(1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University Press
No comments:
Post a Comment