Thursday 15 January 2015

Menulis Kritik Sastra dan Esai




Kritik diartikan sebagai kecaman atau tanggapan yang terkadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya (KBBI, 2005:601). Dalam hal ini kaitannya dengan karya sastra, kritik sastra diartikan sebagai tanggapan atau respon pembaca terhadap hasil karya sastra, baik itu berupa karya puisi ataupun prosa seperti cerpen maupun novel. Kritik sastra ditulis secara sistematis dan di dalamnya terdapat penilaian baik buruk. Panjang pendeknya sebuah tulisan kritik tidaklah ditentukan. Kritik sastra bisa ditulis panjang atau pendek sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman isi. Meskipun mengungkapkan pandangan penulis, kritik tetap harus ditulis secara objektif karena berlandaskan sebuah hasil karya yang real.

Esai diartikan sebagai karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas melalui sudut pandang pribadi penulisnya (KBBI, 2005:308). Menurut H.B. Jassin, esai adalah uraian yang membicarakan bermacam ragam, tidak tersusun secara teratur tetapi seperti dipetik dari bermacam jalan pikiran. Dalam esai terlihat keinginan, sikap terhadap soal yang dibicarakan, kadang-kadang terhadap kehidupan seluruhnya. Sementara itu, pendapat dari Soetomo menyebut bahwa esai adalah sebagai karangan pendek mengenai suatu masalah yang kebetulan menarik perhatian untuk diselidiki dan dibahas. Pengarang mengemukakan pendiriannya, pikirannya, cita-citanya, atau sikapnya terhadap suatu persoalan yang disajikan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik simpulan mengenai definisiesai yakni karangan berbentuk prosa yang mengungkapkan berbagai pandangan mengenai suatu masalah berdasarkan sudut pandang penulis. Berbeda dengan kritik, esai sastra bersifat subjektif, uraiannya lebih pendek dibanding kritik sastra sebab hanya bersifat menerangkan dan esai sastra ini akan cenderung tidak teratur sistematikanya.

Kritik maupun esai sastra memiliki tujuan yang sama, yakni mengekspresikan opini. Kritik sastra dan esai merupakan cabang dari ilmu sastra dalam pengadaan analisis, penafsiran, serta penilaian sebuah teks sastra. Orang yang melakukannya disebut kritikus sastra. Dia diharapkan memahami terlebih dahulu tentang ilmu sastra sebelum membuat sebuah kritik sastra. HB. Jassin pernah berpendapat bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik atau buruk suatu hasil karya sastra. Oleh karena itu, seorang kritikus sastra akan dianggap sebagai juru obat. Jika karya sastra telah diresensi oleh seorang kritikus terkenal, maka karyanya dianggap bermutu dan bernilai sastra tinggi.

Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah mempertimbangkan 4 komponen berikut :
1.      Data atau fakta
2.      Inference atau kesimpulan
3.      Evaluasi atau judgment
4.      Penilaian

Beberapa fungsi kritik sastra adalah sebagai berikut.
a.      Membina dan mengembangkan sastra
Melalui kritik sastra, kritikus berusaha menunjukkan struktutr sebuah karya sastra, memberikan penilaian, menunjukkan kekuatan dan kelemahannya, serta memberikan alternatif untuk pengembangan karya sastra tersebut.


b.      Pembinaan apresiasi sastra
Para kritikus berusaha membantu para peminat karya sastra memahami sebuah karya sastra. Kritikus berusaha mengungkap daerah-daerah yang lemah yang terdapat dalam karya sastra. Analisis struktur sastra, kmentar dan interprestasi, menjelaskan unsur-unsurnya,serta menunjukan unsur-unsur yang tersirat dan tersurat, akan dapat menuingkatkan apresiasi sastra.

c.       Menunjang dan mengembangkan ilmu sastra
Kritik sastra merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa, dan teknik penceritaan. Hal ini merupakan sumbangan untuk para ahli sastra dalam mengembangkan teri sastra. Para pengarang pun dapat belajar melalui kritik sastra dalam memperluas pandangannya, sehingga ciptaannya lebih berkembang. Untuk membuat kritik dan esai terhadap karya sastra, penulis dapat menggunakan dua pendekatan yakni dengan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.

Tipe-Tipe Esai yaitu:

1.      Esai Deskriptif
Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan rumah, sepatu, tempat rekreasi dll.

2.      Esai Tajuk
Jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai nama penulis.

3.      Esai Cukilan Watak
Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.

4.      Esai Pribadi
Hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.

5.      Esai Reflektif
Esai reflektif ditulis formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.

6.      Esai Kritik
Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

Ciri-ciri Esai

1.      Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
2.      Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3.      Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4.      Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
5.      Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.
6.      Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.

Panduan Dasar Menulis Esai

Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai. Struktur Esai. Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam 5 paragraf:
1.      Paragraf Pertama.
Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut esainya. Ini harus dikemukakan dalam kalimat singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan esai tersebut dalam beberapa sub topik.
2.      Paragraf Kedua sampai kelima.
Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat pendukung esai dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik.
3.      Paragraf Kelima (terakhir).
Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali esai dan sub topik yang telah dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sinesai untuk meyakinkan pembaca

Tahapan Kritik Sastra

1.      Tahap Deskripsi
Tahap deskripsi karya sastra merupakan tahap kegiatan mamaparkan data apa adanya, misalnya mengklasifikasikan data sebuah cerpen atau novel berdasarkan urutan cerita, mendeskripsikan nama-nama tokoh uatama dan tokoh-tokoh bawahan yang menjadi ciri fisik maupun fisikisnya, mendata latar fifk ruang dan waktu atau latar sosial tokoh-tokohnya, dan mendeskripsikan alur setiap bab atau setiap episode.
2.      Tahap Penafsiran
Tahap penafsiran karya sastra merupakan penjelasan atau penerangan karya sastra. Menafsirkan karya sastra berarti menangkap makna karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapi menerangkan juga apa yang tersirat dengan mengemukakan pendapat sendiri.

3.      Tahap Analisis
Tahap Analisi merupakan tahap kritik yang sudah menguaraikan data. Pada tahap ini kritikus sudah mencari makna dan membandingkan-bandingkan dengan karya sastra lain, dengan sejarah atau dengan yang ada di masyarakat

4.      Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir suatu kritik sastra. Dalam suatu evaluasi dapat dilakukan melalui pujian, seperti berbobot, baik, buruk, menarik, dan unik. Sebaliknya, dapat pula dilakukan pencemohan, ejekan, dianggap jelek dan tidak bermutu, serta tidak menyentuhnilai-nilai kemanusiaan. Jadi kritik sastra mencapai kesempurnaan setelah diadakan evaluasi atau penilaian.

Jenis-Jenis Kritik

a.       Kritik sastra intrinsik, yaitu menganalisis karya sastra berdasarkan unsur intrinsiknya, sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam karya sastra.
b.      Kritik sastra ekstrinsik, yaitu menganalisis dengan cara menghubungkan karya sastra dengan penulisnya, pembacanya , atau masyarakatnya. Disamping itu juga melibatkan faktor ekstinsik lain seperti sejarah, psikologi, relegius, pendidikan dan sebagainya
c.       Kritik deduktif , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada sebuah ukuran yang dipercayainya dan dipergunakan secara konsekuen
d.      Kritik Induktif, yaitu menganalisis dengan cara melepaskan semua hukum atau aturan yang berlaku
e.      Kritik impresionik, yaiti menganalisis hasil karya berdasarkan kesan pribadi secara subyektif terhadap karya sastra
f.        Kritik penghakiman , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada ukuran atau aturan tertentu untuk menentukan apakah sebuah karya sastra baik atau buruk
g.      Kritik teknis, yaitu kritik yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja

Contoh Kritik Sastra
a.       ”Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay” , oleh H.B. Yassin
b.      ”Pokok dan Tokoh”, oleh Dr.A.Teeuw
c.       “Buku dan Penulis”, oleh Amal Hamzah


No comments:

Post a Comment