Kritik diartikan sebagai kecaman
atau tanggapan yang terkadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruknya
suatu hasil karya (KBBI, 2005:601). Dalam hal ini kaitannya dengan karya
sastra, kritik sastra diartikan sebagai tanggapan atau respon pembaca terhadap
hasil karya sastra, baik itu berupa karya puisi ataupun prosa seperti cerpen
maupun novel. Kritik sastra ditulis secara sistematis dan di dalamnya terdapat
penilaian baik buruk. Panjang pendeknya sebuah tulisan kritik tidaklah
ditentukan. Kritik sastra bisa ditulis panjang atau pendek sesuai dengan
kebutuhan dan kedalaman isi. Meskipun mengungkapkan pandangan penulis, kritik
tetap harus ditulis secara objektif karena berlandaskan sebuah hasil karya yang
real.
Esai diartikan sebagai karangan
prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas melalui sudut pandang pribadi
penulisnya (KBBI, 2005:308). Menurut H.B. Jassin, esai adalah uraian yang
membicarakan bermacam ragam, tidak tersusun secara teratur tetapi seperti dipetik
dari bermacam jalan pikiran. Dalam esai terlihat keinginan, sikap terhadap soal
yang dibicarakan, kadang-kadang terhadap kehidupan seluruhnya. Sementara itu,
pendapat dari Soetomo menyebut bahwa esai adalah sebagai karangan pendek
mengenai suatu masalah yang kebetulan menarik perhatian untuk diselidiki dan
dibahas. Pengarang mengemukakan pendiriannya, pikirannya, cita-citanya, atau
sikapnya terhadap suatu persoalan yang disajikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
ditarik simpulan mengenai definisiesai yakni karangan berbentuk prosa yang
mengungkapkan berbagai pandangan mengenai suatu masalah berdasarkan sudut
pandang penulis. Berbeda dengan
kritik, esai sastra bersifat subjektif, uraiannya lebih pendek dibanding kritik
sastra sebab hanya bersifat menerangkan dan esai sastra ini akan cenderung tidak
teratur sistematikanya.
Kritik maupun esai sastra
memiliki tujuan yang sama, yakni mengekspresikan opini. Kritik sastra dan esai
merupakan cabang dari ilmu sastra dalam pengadaan analisis, penafsiran, serta penilaian
sebuah teks sastra. Orang yang melakukannya disebut kritikus sastra. Dia
diharapkan memahami terlebih dahulu tentang ilmu sastra sebelum membuat sebuah
kritik sastra. HB. Jassin pernah berpendapat bahwa kritik sastra adalah
pertimbangan baik atau buruk suatu hasil karya sastra. Oleh karena itu, seorang
kritikus sastra akan dianggap sebagai juru obat. Jika karya sastra telah
diresensi oleh seorang kritikus terkenal, maka karyanya dianggap bermutu dan
bernilai sastra tinggi.
Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah
mempertimbangkan 4 komponen
berikut :
1. Data
atau fakta
2.
Inference atau kesimpulan
3.
Evaluasi atau judgment
4.
Penilaian
Beberapa fungsi kritik sastra
adalah sebagai berikut.
a. Membina dan mengembangkan sastra
Melalui kritik
sastra, kritikus berusaha menunjukkan struktutr sebuah karya sastra, memberikan
penilaian, menunjukkan kekuatan dan kelemahannya, serta memberikan alternatif
untuk pengembangan karya sastra tersebut.
b. Pembinaan apresiasi sastra
Para kritikus berusaha membantu para peminat karya sastra
memahami sebuah karya sastra. Kritikus berusaha mengungkap daerah-daerah yang
lemah yang terdapat dalam karya sastra. Analisis struktur sastra, kmentar dan
interprestasi, menjelaskan unsur-unsurnya,serta menunjukan unsur-unsur yang tersirat
dan tersurat, akan dapat menuingkatkan apresiasi sastra.
c. Menunjang dan mengembangkan ilmu sastra
Kritik sastra
merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa, dan teknik
penceritaan. Hal ini merupakan sumbangan untuk para ahli sastra dalam
mengembangkan teri sastra. Para pengarang pun
dapat belajar melalui kritik sastra dalam memperluas pandangannya, sehingga
ciptaannya lebih berkembang. Untuk membuat kritik dan esai
terhadap karya sastra, penulis dapat menggunakan dua pendekatan yakni dengan
pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.
Tipe-Tipe Esai yaitu:
1. Esai Deskriptif
Esai jenis ini
dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian
pengarang. Ia bisa mendeskripsikan rumah, sepatu, tempat rekreasi dll.
2. Esai Tajuk
Jenis ini
dapat dilihat dalam surat
kabar dan majalah. Esai ini mempunyai fungsi khusus, yaitu menggambarkan
pandangan dan sikap surat
kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan
Esai tajuk, surat
kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai nama
penulis.
3. Esai Cukilan Watak
Esai ini
memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan
individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat
mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis
tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari
kehidupan dan watak pribadi tersebut.
4. Esai Pribadi
Hampir sama
dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh
pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah
saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya
tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.
5. Esai Reflektif
Esai reflektif
ditulis formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam,
sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan
hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini
ditujukan kepada para cendekiawan.
6. Esai Kritik
Dalam esai
kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan,
tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang
seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, seni kontemporer.
Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis
tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.
Ciri-ciri Esai
1. Berbentuk
prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa
dan ungkapan figuratif.
2. Singkat,
maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3. Memiliki
gaya pembeda.
Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya
yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4. Selalu
tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari
objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk
disampaikan kepada para pembaca.
5. Memenuhi
keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus
memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari
pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi
dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak
membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.
6. Mempunyai
nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya
sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai
adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya,
sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.
Panduan Dasar Menulis
Esai
Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai. Struktur Esai. Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam 5 paragraf:
1.
Paragraf
Pertama.
Dalam paragraf
ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut esainya. Ini
harus dikemukakan dalam kalimat singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat
pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang
mengembangkan esai tersebut dalam beberapa sub topik.
2.
Paragraf
Kedua sampai kelima.
Ketiga
paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama.
Kalimat pendukung esai dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan
melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik.
3.
Paragraf
Kelima (terakhir).
Paragraf
kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali esai dan sub topik yang
telah dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sinesai untuk
meyakinkan pembaca
Tahapan Kritik Sastra
1. Tahap Deskripsi
Tahap deskripsi karya sastra
merupakan tahap kegiatan mamaparkan data apa adanya, misalnya
mengklasifikasikan data sebuah cerpen atau novel berdasarkan urutan cerita,
mendeskripsikan nama-nama tokoh uatama dan tokoh-tokoh bawahan yang menjadi
ciri fisik maupun fisikisnya, mendata latar fifk ruang dan waktu atau latar
sosial tokoh-tokohnya, dan mendeskripsikan alur setiap bab atau setiap episode.
2. Tahap Penafsiran
Tahap penafsiran karya sastra
merupakan penjelasan atau penerangan karya sastra. Menafsirkan karya sastra
berarti menangkap makna karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapi
menerangkan juga apa yang tersirat dengan mengemukakan pendapat sendiri.
3. Tahap Analisis
Tahap Analisi merupakan tahap
kritik yang sudah menguaraikan data. Pada tahap ini kritikus sudah mencari
makna dan membandingkan-bandingkan dengan karya sastra lain, dengan sejarah
atau dengan yang ada di masyarakat
4. Tahap
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir
suatu kritik sastra. Dalam suatu evaluasi dapat dilakukan melalui pujian,
seperti berbobot, baik, buruk, menarik, dan unik. Sebaliknya, dapat pula
dilakukan pencemohan, ejekan, dianggap jelek dan tidak bermutu, serta tidak
menyentuhnilai-nilai kemanusiaan. Jadi kritik sastra mencapai kesempurnaan
setelah diadakan evaluasi atau penilaian.
Jenis-Jenis Kritik
a. Kritik
sastra intrinsik, yaitu menganalisis karya sastra berdasarkan unsur
intrinsiknya, sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam
karya sastra.
b. Kritik
sastra ekstrinsik, yaitu menganalisis dengan cara menghubungkan karya sastra
dengan penulisnya, pembacanya , atau masyarakatnya. Disamping itu juga
melibatkan faktor ekstinsik lain seperti sejarah, psikologi, relegius,
pendidikan dan sebagainya
c. Kritik
deduktif , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada sebuah ukuran
yang dipercayainya dan dipergunakan secara konsekuen
d. Kritik
Induktif, yaitu menganalisis dengan cara melepaskan semua hukum atau aturan
yang berlaku
e. Kritik
impresionik, yaiti menganalisis hasil karya berdasarkan kesan pribadi secara
subyektif terhadap karya sastra
f.
Kritik penghakiman , yaitu menganalisis
dengan cara berpegang teguh pada ukuran atau aturan tertentu untuk menentukan
apakah sebuah karya sastra baik atau buruk
g. Kritik
teknis, yaitu kritik yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja
Contoh Kritik Sastra
a. ”Kesusastraan
Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay” , oleh H.B. Yassin
b. ”Pokok
dan Tokoh”, oleh Dr.A.Teeuw
c. “Buku
dan Penulis”, oleh Amal Hamzah
No comments:
Post a Comment